Apa Rasanya Tidak Punya Pekerjaan Tetap Selama Wabah COVID-19?


Well, untuk saya jawabannya adalah... bingung.

Itu jawaban terjujur saya dan apa yang saya rasakan saat ini.

Yup. Jadi ceritanya saya resign dari pekerjaan tetap yang sudah memberi banyak kesempatan berkembang dan dengan gaji yang lumayan. Surat pengunduran diri sudah saya submit sejak akhir Januari 2020, dan akhirnya pada akhir Februari 2020 saya secara official tidak bekerja lagi. Di saat itu, Indonesia belum ada satu kasus COVID-19 yang dilaporkan positif.

Awal Maret, saya ingat sekali kejadiannya di tanggal 3 Maret, diumumkanlah ada 1 orang positif COVID-19 di Indonesia. Itu di tanggal 3 Maret, hari Senin. Kok bisa ingat? Karena itu hari saya masih harus mengembalikan laptop ke perusahaan, dan itu juga hari terakhir ketemu rekan-rekan kantor.

Sekarang, lebih dari 20 hari setelahnya, saya belum ngapa-ngapain. Ya, dari segi kesibukan dan kerjaan, bukannya gak ngapa-ngapain banget gitu sih, tapi yang jelas, tidak ada pemasukan apa-apa. Zero. Nihil. Nada.

Akibatnya ya stress. Pas saat resign kok ya pas sama pandemic. Pas orang-orang lain di rumah sambil work from home, lah saya juga sih di rumah sambil berlagak ikut work from home juga. Bedanya, yang lain masih digaji, tapi saya tidak. #miris.

Namun yang jelas banyak hal yang masih bisa saya syukuri. Bersyukur banget sebelum himbauan kerja dari rumah itu keluar dari pemerintah, saya sudah #dirumahaja. Yang artinya saya sebenarnya dijagain Tuhan banget karena kemungkinan ikut tertular COVID-19 ini lebih kecil dibanding teman-teman yang masih pada ngantor. Selain itu, saya juga masih tinggal bareng keluarga, dan sebenarnya lagi hepi karena jadinya kita lebih banyak ngumpul, masak bareng, nonton bareng, dll. Sementara banyak orang di Jakarta yang merantau dan hidup sendiri. Ketika di rumah aja, ya di rumahnya sendirian. Sedih loh itu.

Jadi, walaupun stress, bingung, dan galau, tapi masih banyak hal yang masih bisa disyukuri.

Comments

Popular Posts